Senin, 26 Januari 2015

Seba Baduy - Bagian Dari Budaya Banten

Baduy yang wajib dilakukan setiap tahun. Prosesnya dimulai dari masa Kawalu (puasa tiga bulan), Ngalaksa (pencacahan penduduk sekaligus mendoakan), dan terakhir Seba. Seba yaitu menemui Bupati Lebak (Bapak Gede) dan Gubernur Banten (Ibu Gede), yang mereka sebut sebagai Bapak Gede. Sabtu (17/4) malam, puluhan warga Baduy Dalam sudah berdatangan ke Baduy Luar, tepatnya ke rumah Jaro Dainah di Kampung Kadu Ketug, Desa Kenekes. Mereka membawa hasil bumi yang akan diberikan kepada Bapak Gede dan Ibu Gede.
Selain dari Baduy Dalam, ratusan warga Baduy Luar juga sudah bersiap-siap untuk mengikuti seba. Sampai pagi hari, warga Baduy yang akan mengikuti seba ke Rangkasbitung dan Serang terus berdatangan.
Warga Baduy Luar berangkat dari Ciboleger Minggu (18/4) pukul 10.30. Tercatat sebanyak 605 warga Baduy Luar yang ikut berangkat dari Terminal Ciboleger ke Rangkasbitung. Mereka berangkat menggunakan 15 kendaraan berbagai jenis, seperti elf, truk, pick up, bus, dan kendaraan pribadi. Sedangkan puluhan warga Baduy Dalam sudah berangkat terlebih dahulu dengan berjalan kaki.
“Warga Baduy Dalam berangkat jam lima subuh. Ada 25 orang yang berangkat,” ujar Asep Kurnia, warga Ciboleger, kemarin.
Mereka, kata Asep, berjalan kaki menuju Rangkasbitung. “Hasil bumi yang dibawa dimuat terpisah pada mobil bak terbuka,” kata Asep lagi.
Jaro Dainah di rumahnya mengungkapkan, pada awalnya seba akan dilakukan pada 16 April 2010. Karena kesibukan Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya, seba baru dilakukan minggu ini. “Kalau tidak ada Pak Bupati, kami tetap akan menghadap. Terserah siapa yang menerimanya,” kata Jaro Dainah.
Menurutnya, saat ini warga Baduy yang ikut seba tidak banyak dibanding tahun lalu yang mencapai 1.800 orang. Tahun ini sekira 605 orang yang ikut seba. Setiap kampung diwakili antara 5 – 10 orang. Makanya seba tahun ini dinamakan sebagai seba leutik (seba kecil). Warga yang ikut seba ke Bapak Gede sedikit karena hasil panen dalam satu tahun terakhir ini berkurang.
“Ciri lain yang dapat dilihat pada seba leutik adalah kami tidak membawa peralatan dapur untuk diberikan kepada Bapak Gede,” ujarnya.
Perjalanan menuju Rangkasbitung, mobil PS/elf yang ditumpangi warga Baduy saling kejar dengan kecepatan sekira 60 – 70 km/jam. Yang naik di atas elf tidak ketakutan. Mereka terlihat tenang dan menikmati perjalanan. Mereka terdiam hingga sampai tujuan.
Sekira pukul 12.00, beberapa mobil yang membawa warga Baduy Luar memasuki areal Alun-alun Multatuli Rangkasbitung. Mereka langsung bergerombol sambil melihat pemandangan yang jarang mereka nikmati.
Sementara, warag Baduy Dalam yang berjalan kaki, tiba di Rangkasbitung, sekira pukul 13.00 WIB. Mereka beristirahat di Sekretariat Pemkab Lebak.
Tadi malam selepas Isya, seba disambut Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya. Mereka menyerahkan laksa (kumpulan hasil bumi dari setiap warga Baduy) kepada Bapak Gede. Hari ini mereka menuju Kota Serang untuk bersilaturahmi dengan Gubernur Banten.
Ayah Mursid, wakil Jaro Tangtu Kampung Cibeo, Desa Kanekes, menuturkan, warga Baduy Dalam dari Cibeo yang berangkat seba sekira 11 orang. Mereka dipimpin langsung Jaro Tangtu Jaro Sami. Sedangkan dari kampung Cikeusik 7 orang tanpa didampingi jaro tangtu, dan dari Kampung Cikartawana didampingi mantan Jaro Tangtu Ayah Nasinah. “Ti kami aya 25 jalma (dari Baduy Dalam ada 25 orang, red),” ungkap Ayah Mursid.
Dia menegaskan, seba bukan merupakan pemberian upeti terhadap pemimpin di Lebak, dan bukan pula bentuk ketundukan terhadap pemerintah. Seba merupakan ritual sakral bagi warga Baduy dan wajib dilakukan setiap satu tahun sekali.
Dalam seba mereka melaporkan kondisi warga Baduy dan menyampaikan berbagai aspirasi masyarakat terkait dengan kondisi alam. Mereka ingin kelestarian alam tetap dijaga. Radar Banten
(Sumber : Lindawatisay.Wordpress)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRODUK KAMI

  LIHAT KATALOG PRODUK KAMI DI